Digital Marketing Agency SEO Agency Social Media Agency Pesantren Terpadu Insan Cita Serang - Detail Berita
Menapaki Jejak Keteladanan Nabi Ibrahim: Khutbah Iduladha di Pesantren Terpadu Insan Cita Serang

Serang, Jumat 6 Juni 2025 — Pagi yang cerah menyelimuti lapangan utama Pesantren Terpadu Insan Cita Serang. Udara segar pegunungan, aliran sungai yang jernih, dan lantunan takbir membingkai suasana Salat Iduladha yang berlangsung penuh kekhusyukan. Di tengah suasana yang syahdu itu, K. H. Sudarman Ibnu Murtadho, Lc., Pimpinan Yayasan, menyampaikan khutbah yang menggugah nurani, mengangkat kisah abadi Nabi Ibrahim ‘alaihis salam—sosok agung yang namanya tak pernah absen dalam setiap peringatan Iduladha.

Ketika Hati Tunduk Tanpa Syarat

Dalam khutbahnya, KH. Sudarman menyoroti keteladanan Nabi Ibrahim yang diuji dengan perintah yang luar biasa berat: menyembelih anak kandungnya sendiri, Ismail. Bukan sekadar kisah tragis, ini adalah potret ketaatan yang paling murni. Dalam QS. As-Saffat ayat 102, Allah mengabadikan momen sakral itu:

> "Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!"

Dan sang anak, Ismail, menjawab dengan penuh ketundukan:

> "Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

KH. Sudarman menggarisbawahi bahwa inilah puncak keikhlasan dan ketundukan: ketika logika dan rasa tunduk sepenuhnya pada kehendak Ilahi, tanpa sangsi, tanpa tapi. Keteladanan ini menjadi pelajaran bahwa iman sejati menuntut pengorbanan, bukan hanya lisan yang manis atau hati yang lembut, tetapi juga tekad dan tindakan.

Dari Doa Ibrahim, Lahir Cahaya Kenabian

Lebih jauh, beliau mengulas sisi lain dari Nabi Ibrahim yang tak kalah mulia: doa yang beliau panjatkan saat membangun Ka’bah. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 129, Ibrahim bermunajat:

> "Ya Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan ayat-ayat-Mu kepada mereka, mengajarkan Kitab dan hikmah, serta menyucikan mereka."

Doa itulah yang kemudian melahirkan cahaya terbesar dalam sejarah manusia: Nabi Muhammad ?. KH. Sudarman mengajak jamaah merenungkan bahwa setiap amal dan doa yang tulus akan menciptakan jejak kebaikan yang bisa melintasi zaman. "Jangan remehkan doa-doa malam hari dan amal-amal sunyi. Bisa jadi, dari situlah lahir perubahan besar di masa depan," ujarnya.

Hakikat Kurban: Menyembelih Ego, Menumbuhkan Takwa

Iduladha bukan semata tentang penyembelihan hewan. KH. Sudarman mengingatkan makna terdalam dari ibadah kurban sebagaimana dalam QS. Al-Hajj ayat 37:

> "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya."

Hakikat kurban adalah penyembelihan terhadap sifat-sifat buruk dalam diri: kesombongan, kemalasan, cinta dunia, dan ego yang membelenggu. Kurban adalah momentum spiritual untuk menyucikan hati dan memperbarui niat hidup.

Keteladanan Nabi Ibrahim: Terus Relevan di Zaman Serba Cepat

Kisah Nabi Ibrahim bukan cerita kuno yang usang, melainkan cermin kehidupan masa kini. Di zaman yang serba instan, ketika banyak orang ingin hasil tanpa proses, Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa perjalanan iman adalah tentang kesabaran, pengorbanan, dan istiqamah. Sejak diusir dari kaumnya, meninggalkan Hajar dan Ismail di padang tandus, hingga membangun Ka’bah—semuanya menuntut totalitas pengabdian.

"Menjadi hamba Allah bukan sekadar ritual, tapi perjuangan yang nyata. Tapi percayalah, setiap pengorbanan yang tulus karena Allah tidak akan pernah sia-sia," tutur beliau penuh keyakinan.

Penutup: Refleksi Iduladha, Cermin Kehidupan

Iduladha kali ini bukan sekadar selebrasi. Ia menjadi titik hening bagi jiwa-jiwa yang ingin lebih dekat dengan Allah. Di tengah gema takbir dan gemericik air terjun kecil yang mengalir di sekitar pesantren, KH. Sudarman mengajak seluruh hadirin untuk merenung:

"Sudahkah aku seperti Ibrahim? Sudahkah aku mendahulukan Allah di atas segala kepentingan pribadi?"

Mari jadikan Iduladha sebagai momen penyucian hati, momentum untuk mempersembahkan kurban terbaik kita: hati yang bersih, niat yang lurus, dan amal yang ikhlas.

Taqabbalallahu minna wa minkum. Selamat Hari Raya Iduladha 1446 H.
Semoga semangat ini menyertai langkah kita sepanjang tahun.