Pada Rabu, 01 Oktober 2025, Pesantren Terpadu Insan Cita Serang merayakan semaraknya perhelatan Gebyar Literasi 2025. Dengan mengusung tema “Menulis Prosa, Merangkai Kata, Merajut Asa”, acara ini menghadirkan momen istimewa di mana santri tidak hanya belajar di ruang kelas, tetapi juga merayakan imajinasi, kreativitas, dan keberanian dalam mengekspresikan diri.
Literasi di pesantren bukanlah hal baru. Ia adalah ruh yang menumbuhkan daya pikir kritis, membentuk jiwa kreatif, sekaligus memperkuat kecintaan santri terhadap ilmu dan karya. Namun melalui Gebyar Literasi, nuansa literasi terasa lebih hidupmakna, penuh warna, penuh cerita, dan penuh makna.
Lomba Teater Antar Kelas: Ekspresi yang Menghidupkan Karya
Pagi itu, rangkaian acara dibuka dengan lomba teater antar kelas. Santri dari setiap jenjang tampil dengan penuh percaya diri, menampilkan naskah yang mereka siapkan dengan sungguh-sungguh. Ada yang membawakan kisah persahabatan, ada yang mengangkat cerita tentang perjuangan, bahkan ada pula yang mengemas nilai-nilai moral dalam bentuk satir yang menggelitik.
Penonton, yang terdiri dari para guru hingga teman sesama siswa larut dalam suasana. Sorak-sorai, tepuk tangan, dan tawa lepas menghiasi setiap penampilan. Teater bukan hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga sarana untuk melatih keberanian tampil di depan umum, memadukan seni peran dengan literasi, serta menumbuhkan kebersamaan.
Lomba Menulis Cerpen: Imajinasi yang Tertuang dalam Kata
Jika teater adalah panggung ekspresi, maka lomba menulis cerpen adalah ruang refleksi. Santri menuangkan imajinasi, ide, serta pengalaman mereka ke dalam tulisan cerita pendek bertema "Isu Indonesia Terkini". Dari cerpen yang lahir, tergambar beragam kisah mulai dari kehidupan sehari-hari, cita-cita, hingga kritik sosial yang halus namun tajam.
Setiap cerpen adalah jendela menuju dunia batin penulisnya. Dari cerita-cerita itu, tampak betapa kaya gagasan santri Insan Cita Serang. Ada cerpen yang membuat pembaca tersenyum, ada yang mengharukan hingga menitikkan air mata, dan ada pula yang memantik renungan mendalam tentang kondisi Indonesia belakangan ini.
Lomba ini bukan semata mencari siapa yang terbaik, tetapi lebih pada mengasah kemampuan berpikir runtut, menyusun kalimat yang indah, serta melatih keberanian untuk berbagi cerita kepada orang lain.
Materi Menulis Prosa bersama Kak Nana Sastrawan
Puncak acara terasa semakin istimewa dengan kehadiran Kak Nana Sastrawan, seorang penulis yang dikenal karena kemampuannya merangkai kata dengan indah. Dalam sesi materi, Kak Nana berbagi tentang “Menulis Prosa: Dari Ide hingga Menjadi Karya”.
Beliau menjelaskan bagaimana sebuah ide kecil dapat dikembangkan menjadi tulisan yang bermakna. Ia juga menekankan pentingnya membaca sebagai bahan bakar menulis, serta membagikan tips sederhana agar menulis tidak terasa membebani, melainkan menyenangkan.
Santri tampak antusias. Banyak yang bertanya seputar cara menghadapi kebuntuan menulis, bagaimana agar tulisan bisa menyentuh hati pembaca, hingga strategi untuk konsisten menghasilkan karya. Diskusi pun berjalan hangat, penuh inspirasi, dan meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang hadir.
Literasi sebagai Jalan Merajut Asa
Lebih dari sekadar perlombaan, Gebyar Literasi 2025 adalah wadah untuk menumbuhkan karakter. Melalui teater, santri belajar bekerja sama, mengolah ekspresi, dan menghidupkan pesan moral. Melalui cerpen, mereka belajar merangkai imajinasi menjadi narasi yang bermakna. Dan melalui materi dari Kak Nana, mereka belajar bahwa menulis adalah bagian dari perjalanan panjang menuju peradaban.
Tema “Menulis Prosa, Merangkai Kata, Merajut Asa” bukan sekadar rangkaian kata indah. Ia adalah pesan bahwa setiap tulisan, sekecil apapun, bisa menjadi benih harapan. Kata-kata yang ditulis hari ini dapat menjadi cahaya bagi masa depan, baik bagi penulisnya maupun bagi orang lain.
Penutup: Jejak yang Tertinggal
Ketika matahari sore perlahan tenggelam, Gebyar Literasi pun resmi ditutup. Namun semangat yang tercipta hari itu tidak berhenti bersama berakhirnya acara. Ia akan terus hidup dalam diri para santri: semangat untuk terus membaca, menulis, berteater, dan berkarya.
Pesantren Terpadu Insan Cita Serang percaya, literasi adalah bekal yang tak ternilai untuk menghadapi dunia yang penuh tantangan. Dan melalui kegiatan ini, semoga lahir generasi penulis, pemikir, dan pejuang literasi yang mampu memberi warna dan inspirasi, baik di lingkungan pesantren maupun di masyarakat luas.