
Brosur PPDB 2020-2021

NO |
NAMA | DAERAH ASAL | KETERANGAN |
1 |
Adnan Mulia Harahap |
Tangerang Selatan | Lulus/Diterima |
2 | Amelia Latifah | Kabupaten Serang |
Lulus/Diterima |
3 |
Anisah Rizqi Nugraheni | Kota Serang | Lulus/Diterima |
4 | Ariya Malik Adzim | Kabupaten Serang |
Lulus/Diterima |
5 |
Auni Manarina Rahma | Tangerang Selatan | Lulus/Diterima |
6 | Fahkhri Hilmi Najib | Cilegon |
Lulus/Diterima |
7 |
Ghaisan Pradityo Sugandhi | Bogor | Lulus/Diterima |
8 |
Ghazy Musyafa Cahvie | Kota Serang |
Lulus/Diterima |
9 | Hanum Ayu Sajidah | Kota Serang |
Lulus/Diterima |
10 |
Holy Muntaz Tsuraya | Bogor | Lulus/Diterima |
11 | Jihan Nadifa | Cilegon |
Lulus/Diterima |
12 |
Khansa Rania Huwaida | Kabupaten Serang |
Lulus/Diterima |
13 |
M. Akbar Rijalul Imam | Kota Serang | Lulus/Diterima |
14 | M. Fadhil Dwi Hamdani | Kota Serang |
Lulus/Diterima |
15 |
M. Fatah Fashila | Kota Serang | Lulus/Diterima |
16 | M. Fijatullah Zain | Kota Serang |
Lulus/Diterima |
17 |
M. Ibnu Aqil | Cilegon | Lulus/Diterima |
18 | Mahasin Khansa Kayyisah | Kota Serang |
Lulus/Diterima |
19 |
Nayla Mufliha Cahvie | Kota Serang | Lulus/Diterima |
20 | Nur Aini Ramadhani | Kota Serang |
Lulus/Diterima |
21 |
Rania Fairuz | SDIT Mandiri Kota Serang | Lulus/Diterima |
22 | Sayyid Abdul Hakim Farras | Cilegon |
Lulus/Diterima |
23 |
Valsyaiha Kinasih | Kota Serang | Lulus/Diterima |
24 | Zhafira Adzra Az Zahra | Kabupaten Serang |
Lulus/Diterima |
25 | Ahmad Amir | Kota Serang |
Waiting List (Cadangan) |
Catatan:
Pesantren atau Boarding School sangat berbeda dengan system pendidikan biasa atau full day school. Ada banyak faktor yang mendukung suksesnya system Boarding School atau pesantren.
Namun, sebelum bicara faktor kesuksesan, perlu tahu lebih dahulu apa ukuran atau indikator dari kesuksesan system pendidikan. Ada yang bilang bahwa kesuksesan yang dimaksud adalah ketika lulusannya yang masuk sekolah negeri, atau masuk sekolah di luar negeri, atau hafal sekian juz, atau bisa ceramah agama, atau banyak prestasi dan lain sebagainya. Sebagai ukuran terbaik sebuah lembaga sukses atau tidak adalah visi dan misi dari lembaga tersebut. Sehingga output dibandingkan dengan visi misi, maka disitulah bisa dievaluasi, sukses atau tidaknya sebuah lembaga.
Dengan pengalaman hampir 2 tahun dan mengamati berbagai lembaga pendidikan boarding school atau pesantren, paling tidak ada 5 faktor yang menjadi penunjang utama.
Pertama: Lembaga Yang Kuat.
Yang dimaksud disini adalah lembaga yang mempunyai visi yang ingin dicapai, yang diejawantahkan dalam misi yang terukur.
Lembaga menjadi tempat perumusan kebijakan dan system operating prosedur (sop) yang ingin diterapkan. Keputusan strategis terkait arah dan kebijakan, ditelorkan dari lembaga yang menaunginya.
Kedua: Sumber Daya Insani Yang Mumpuni
Utamanya guru atau ustadz yang siap menerjemahkan visi misi lembaga. Guru yang penyabar, ulet dan siap menjadi teladan 24 jam bagi santrinya, disamping mempunyai kapasitas sesuai dengan disiplin ilmu, sangat diperlukan di pesantren. Karena tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Sehingga perlu diluruskan, istilah tahun pelajaran. Kita punya Menteri Pendidikan. Kita punya Hari Pendidikan, tapi masih pakai Tahun Pelajaran bukan Tahun Pendidikan.
Orang bisa sukses mengajar, tapi belum tentu sukses mendidik. Karena itu dibutuhkan guru atau ustadz pesantren yang siap selama 24 jam, mendidik dan mengawasi para santrinya.
Bila gurunya kreatif, kurangnya sarana dan prasarana menjadi tantangan tersendiri untuk mencipta sesuai dengan sarana yang ada. Hasilnya bisa jauh lebih baik dibandingkan dengan sarana yang tersedia melalui pabrikan.
Sumber daya insani, juga mengambil peranan penting dalam menjaga lingkungan pesantren tetap kondusif. Suasana menghafal, club bahasa, ekstra kurikuler, karya ilmiah, sholat berjamaah, bangun malam, dan sebagainya, peranan ustadz musyrif atau wali asrama, sangat diperlukan.
Ketiga: Kurikulum Yang Terukur
Kurikulum menjadi penting karena proses ada disini. Kalau dibandingkan antara 2 hasil yang sama, tetapi dengan perjuangan yang berbeda, maka nilai yang tertanam dalam santri atau siswa pun berbeda. Tentu hasil dengan usaha yang lebih keras, akan membawa kepuasan tersendiri.
Bicara kurikulum adalah masalah konten atau isi dari proses belajar mengajar. Boleh jadi judul sama tapi muatannya berbeda, maka akan menghasilkan pemahaman yang berbeda. Sehingga sangatlah wajar bila melihat hasil dari sebuah alumni, langsung tertuju dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah tersebut. Misalnya alumni pesantren A mahir di robotic, alumni sekolah B fahamnya lebih toleran, alumni pesantren C menganut mazhab bla bla bla, dan lain sebagainya.
Begitu juga bila terjadi kasus, terutama menyangkut akhlak, biasanya orang menghubungkan dari sebuah alumni. Kadang untuk pembenaran atas premis yang sudah tertanam di benak masyarakat. Walaupun sebenarnya tidaklah tepat. Misalnya Si A tertangkap KPK karena korupsi. “Oo pantas alumni sekolah X sih.. ” begitu seloroh masyarakat.
Keempat: Input Santri Yang Baik
Yang dimaksud input santri disini adalah semakin banyak santri yang diterima, semakin mudah sekolah itu untuk merealisasikan visi misinya. Semakin banyak peminat atas sekolah, maka akan semakin mudah memilih untuk mendekatkan input yang tersedia dengan tujuan visi misinya. Dengan demikian, secara logika grafik pesantren yang sudah maju akan semakin melesat dengan prestasi nya. Sementara dengan pesantren baru, harus bertahan untuk eksis.
Berdasarkan informasi diterima terdapat sebuah pesantren yang telah melakukan seleksi, perbandingan antara kuota yang tersedia dengan peminat 1 : 60. Dengan demikian, pesantren dapat menyaring yang terbaik diantara 60 anak peminat.
Bila ada lembaga baru dengan santri yang sedikit, tetapi mempunyai prestasi yang menyamai dengan lembaga yang sudah lama eksis, merupakan bentuk kesuksesan yang luar biasa.
Kelima: Sarana Penunjang Yang Memadai
Faktor yang lain yang turut mensukseskan pendidikan system pesantren atau boarding adalah sarana infrastruktur seperti yg ruang kelas, kantor, asrama dan sarana penunjang lainnya seperti laboratorium, tempat olah raga, perpustakaan, dapur, kantin dan lain-lain.
Di pesantren, santri untuk keluar sangat dibatasi, maka hobi sebisa mungkin agar dapat terfasilitasi di dalam pesantren agar mudah pengawasannya.
Wallahu a’lam.
KH Sudarman Ibnu Murtadho , Lc
Pengasuh Pesantren Terpadu Insan Cita Serang
Seorang pemuda ingin mempelajari seni bela diri dengan pedang. Ia mendaki sebuah gunung tinggi di Cina untuk memohon petunjuk dari seorang guru pedang tua yang telah pensiun dan menjalani tahun tahun terakhir hidupnya di atas gunung. Setelah perbincangan yang panjang, sang guru akhirnya setuju untuk mengajar sang pemuda.
Sejak dari awal, sang guru terus membuat pemuda itu sibuk membelah kayu, berkebun, memasak, mencuci, menimba air dari sumur, dan melakukan tugas-tugas harian lainnya yang sejenis. Hari – hari dan minggu minggu berlalu, dan sang guru masih saja tidak mengatakan apa-apa mengenai ilmu bermain pedang.
Akhirnya, sang murid yang sudah lelah menjadi pembantu gurunya dan tidak belajar apa – apa tentang seni pedang. Ia-pun mendekati gurunya dan bertanya mengenai pengajaran seni pedang yang semula menjadi tujuan kedatangannya. Sang guru mendengarkan dan meminta muridnya kembali ke kegiatan rutin hariannya.
Sementara sang pemuda sedang memasak nasi, sang guru tiba – tiba muncul dibelakangnya, menyerangnya dengan pedang kayu, kemudian menghilang dengan cepat tanpa mengatakan sepatah kata pun. Sang murid sudah sedang menyapu lantai ketika tiba tiba, persis saat ia begitu terserap dengan tugasnya dan tidak menduga sama sekali, gurunya muncul kembali di belakangnya, memukulnya dengan pedang kayu dan secepat kilat menghilang.
Hal ini berlangsung sepanjang hari, setiap hari. Tak peduli apa yang sedang dilakukan pemuda itu. Ia tidak pernah bisa beristirahat karena gurunya akan muncul lagi kapan saja dengan pedang kayunya.
Waktu terus berlalu dan akhirnya sang pemuda telah mengembangkan keterampilan menangkap dan menghentikan sang guru, dari mana pun arah kedatangannya.
Sang pemuda menyadari, ia telah mempelajari sesuatu yang berharga dan ingin belajar lebih jauh. Maka suatu pagi, ketika ia perhatikan gurunya sedang sibuk memasak sayuran, ia memungut sebuah tongkat besar dan melakukan apa yang biasa dilakukan sang guru kepadanya. Ia tiba – tiba muncul di belakang gurunya dan mengayunkan tongkat itu ke depan untuk menyerang sang guru. Dalam sekejap, sang guru meraih tutup periuk, memutar badan dan menggunakan tutup itu untuk menangkis ujung tongkat.
Sang pemuda pun membungkuk hormat pada gurunya dan bertanya, “ Guru, sudikah kiranya Guru memberitahu kebijaksanaan dari pelajaran-pelajaranku?” Sang guru menjawab, “ Kesadaran.”
“Apa maksudnya itu?” tanya pemuda itu,
Sang guru kembali menjawab, “ Ketika aku memintamu melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, itu sebenarnya membantumu agar sadar bahwa ada sesuatu yang perlu kau ubah. Ketika aku tiba-tiba menyerangmu dengan pedang kayu, kau mengembangkan kekuatan antisipasi hingga ke titik dari mana pun aku datang kau akan selalu bisa mengetahuinya dan menghentikanku. Kau jadi sadar sepenuhnya akan situasi di sekelilingmu hingga pada titik menumbuhkan keberanian, dan keberanianmu – ya, kau mengembangkannya sendiri. Kau memutuskan untuk menyerangku dan kau bisa perhatikan betapa cepat pula aku menghentikanmu.
Demikianlah, Anak Muda, kau telah belajar pondasi para guru besar
*KEKUATAN KESADARAN.”*
كِتاَبٌ أَنْزَلْناَهُ إِلَيكَ مُبارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيـَاتِهِ وَ لِيَتَذَكَّرَ أُولُوا الْأَلْباَبِ
“Sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu sebagai sumber-kebaikan agar mereka merenungkan tanda-tanda [nyata]-Nya dan agar orang-orang berakal menjadi sadar.”
(QS. Shad [38]: 29)
Bagaimana dengan kesadaran beragama kita? Putra dan putri kita tercinta sudahkah menyadari siapa dirinya? Ingin menjadikan diri kita dan mereka yang kita cintai menjadi insan yang tumbuh penuh kesadaran siapa dirinya di dunia dan akhirat ini ?
Daftarkan putra putri anda, belajar bersama kami INSAN CITA SERANG (ICS) ISLAMIC BOARDING SCHOOL pimpinan KH Sudarman Ibnu Murtadho, Lc., Pembina Yayasan Dr.KH.Jazuli Juwaini, Lc., MA., dan H. Tamsil Linrung
Hubungi whatssapp
http://bit.ly/mohoninfoicsakhwat
http://bit.ly/mohonInfoicsikhwan
#insancitaserangboardingschool
#kesadaranfull
#sekolahnyaparahafidz
Mohon bantuan untuk di-viral-kan, jika berkenan. Jazakumullah Khair
Dalam sebuah pertemuan ibu-ibu Majelis Taklim, ada 2 orang ibu-ibu yang bersebelahan sedang asyik dalam bercengkerama sambil menikmati hidangan. Sebut saja Ibu Ari (A) dan Ibu Berry (B) bukan nama sebenarnya.
Ibu A : Jeng, anak pertama ibu jarang kelihatan, sekolah dimana sekarang?
Ibu B : Anu Bu, Si Ibnu saya masukin pesantren.
Ibu A : Kenapa di masukin pesantren, salah apa anak Ibu, kok mesti harus dihukum sampai jauh dari orang tua?
Ibu B : Iya Bu, bukan dihukum, cuma saya pernah mendengar seorang ustadz dalam ceramahnya berpesan, jadikanlah diantara anak kalian ada yang faham dalam agama, minimal satu anak. Karena boleh jadi anak ini yang akan menyelamatkan orang tuanya di akhirat.
Ibu A : Jeng, tapi kan pesantren apa bisa bersaing dengan sekolah umum?
Ibu B : Wah, ibu sepertinya mulai sekarang harus update informasi pesantren nih. Pesantren sekarang beda sama pesantren dulu. Dulu pesantren tempat buangan, kalau nakal biasa solusinya ke pesantren. Tapi sekarang lain loh Bu. Masuk pesantren sekarang harus seleksi. Bahkan ada yang saingan sangat ketat. Karena peminatnya banyak. Prestasinya juga gak kalah dengan sekolah umum. Beberapa pesantren malah sering juara.
Ibu A: Terus kenapa Ibnu memilih masuk pesantren X?
Ibu B: Kalau saya sih simpel saja, Bu. Kita kan berdua suami isteri semua bekerja. Gak bakalan bisa mengawasi pergaulan anak yang sudah mulai ABG. Kebetulan saya sangat kenal sama ustadznya, saya titipkan sama beliau. Sehingga kontrolnya juga mudah. Disamping itu, teman sekelas Ibnu juga ada yang masuk situ. Kloplah. Kemauan anak dan keinginan orang tua sama.
Ibu A: Bukankah pesantren X masih baru, pastinya kan belum terakreditasi?
Ibu B: Kalau saya, lihat visi misinya, kalau sejalan tidak mengapa pesantren baru. Justru itu banyak keuntungan loh kalau masih baru. Pertama: para asatidz sangat konsentrasi pada mutu karena masih mencari santri. Kedua, fasilitas masih minim, tapi hasil dari sumber daya alam yang biasanya untuk santri. Justru disini pendidikan yang sangat baik bagi santri, karena tahu proses awal apa yang sedang dinikmati. Ketiga, keakraban santri dan ustadznya sangat kental karena santrinya masih dapat dihitung. Keempat: keakraban dan kekeluargaan wali santri sangat erat. Gotong royong, jiwa sosialnya sangat terasa biasanya. Kalau Ibnu sih senang saja, karena menurut pendapatnya angkatan awal-awal pastinya tidak ada plonco atau bulan.
Ibu A:Jeng, itu alamat pesantrennya dimana ya, kok saya jadi kesengsem sama pesantren. Nanti Eko saya masukin pesantren sajalah, supaya jadi Kyai, siapa tahu nurunin kakeknya.
Ibu B: Gak jauh kok, cuma 20 km dari Serang. Untuk jelasnya informasi, ada website juga kok. Klik aja www.ics.sch.id.
Ayo daftarkan putra-putri anda, belajar bersama kami INSAN CITA SERANG (ICS) ISLAMIC BOARDING SCHOOL
Info hubungi Whatsapp:
http://bit.ly/mohoninfoicsakhwat
http://bit.ly/mohonInfoicsikhwan
Untuk Tahun Pelajaran 2019/2020 SMPIT – SMAIT ICS menerima 90 santri baru (Putra-Putri).
– Ustadz Feby A. Putra ? +6285781477473
– Ustadz Tri Djaka ? +6281383755314
– Ustadzah Uswah ? +6287771720256